jelaskan hubungan antara indische vereeniging dan pppi

1 Jelaskan hubungan antara tujuan, strategi, dan kebijakan! Visi, misi, dan tujuan perusahaan mempunyai korelasi dengan strategi perusahaan. Korelasi ini dapt dilihat dari peran Visi yang mencerminkan alasan kuat tentang keberadaan suatu perusahaan, Misi yang merupakan pernyataan manajemen mengenai gambaran seluruh perusahaan, sedangkan tujuan merupakan pernyataan yang berhubungan dengan 4 Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) Didirikan di Jakarta pada tahun 1937. Pendiri Mr. Moehammad Yamin, Mr. Amir Syarifoedin, Mr. Sartono, dan Mr. Wilopo. Asas organisasi adalah kooperasi terhadap Belanda. Organisasi Gerindo bersifat nasional. 5. MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) Didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya. MAMuhammadiyah Pekuncen menerbitkan Buku Siswa - Sejarah Indonesia SMA Kelas XII pada 2022-01-13. Bacalah versi online Buku Siswa - Sejarah Indonesia SMA Kelas XII tersebut. Download semua halaman 51-100. SekolahTinggi Teknik, Bandung. Pembahasan: Indische Vereeniging merupakan organisasi pergerakan nasional yang dibentuk oleh mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda pada 22 Desember 1908. Tokoh Indische Vereeniging R.P. Sosrokartono, R. Husein Djajadiningrat, R.N. Noto Suroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Rapatbersama dengan USI dan IVSV (Febuari 1940), mendesak agar jumlah akademisi dalam jabatan pemerintah ditambah. Indonesia Raya dilarang terbit (1940), karena memuat karangan berjudul Eereschuld der Indonesische Intellectuelen yang dianggap menyerang pemerintah. PPPI seperti segenap perhimpunan lain dipaksa berdiam diri selama pendudukan Partnersuche Im Internet Kostenlos Ohne Anmeldung. DESI PURNAMA INDAH Organisasi Perhimpunan Indonesia PI didirikan oleh para mahasiswa Indonesia di Belanda pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging. Organisasi ini bersifat sosial. Sementara itu bermunculan pula organisasi lain yang ada hubungan dengan Indonesia di negeri Belanda, sehingga kebutuhan akan suatu federasi sangat dirasakan. Atas prakarsa Dr. Yap, Dr. Laboor, Suwardi Suryaningrat dan Ratulangi kemudian didirikan federasi yang bernama De Vrije Gedachte Pikiran Bebas. Pada bulan Nopember 1917 federasi ini diberi nama baru, yaitu Indonesisch Verbond van Studeerenden. Ini adalah organisai pertama yang memakai nama Vereeniging merupakan anggota dari Verbond yang paling besar jumlah anggotanya.[1] Perselisihan etnik antar kelompok di bawah Verbond akhirnya mengakibatkan dibubarkannya Indonesisch Verbond van Studeerenden pada bulan Juni 1922. Setelah bubarnya organisasi tersebut, Indische Vereeniging lebih diperkuat lagi dengan masuknya mahasiswa yang baru tiba dari Indonesia, seperti Subarjo Djojoadisurjo, Iwa Kusumasumantri, Muhammad Hatta, Ali Sastroamidjojo, dan Sunaryo. Mereka ini telah aktif dalam organisasi pemuda selama di Indonesia. Pada tahun 1922 nama Indische Vereeniging diganti menjadi Indonesische Vereeniging. Jurnalnya yang semula bernama Hindia Putra, pada tahun 1924 diganti menjadi Indonesia Merdeka. Indonesische Vereeniging merupakan organisasi kedua yang memakai nama Indonesia. Pada tahun 1925 nama Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Menurut Akira Nagazumi, dipakainya kata Indonesia oleh anggota-anggota Perhimpunan Indonesia malah memberikan prioritas tertinggi pada isinya, "orang-orang Indonesia" yang menurut anggapan mereka menunjukkan hanya penduduk asli kepulauan, tidak termasuk orang-orang Belanda, Tionghoa dan unsur-unsur asing lainnya.[2] Ada 4 pokok pikiran dalam ideologi Perhimpunan Indonesia yang dikembangkann sejak permulaan tahun 1925. Keempat pokok pikiran itu selanjutnya menjadi asas perjuangan PI, yaitu Kesatuan Nasional, yaitu perlunya mengesampingkan perbedaan-perbedaan berdasarkan daerah dan perlu dibentuk suatu kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan negara kebangsaan yang merdeka dan besatu. Solidaritas, yaitu perlu disadari adanya pertentangan kepentingan yang mendasar antara penjajah dan yang dijajah dan kaum nasionalis harus mempertajam konflik antara antara orang kulit puith dan sawo matang. Non-kooperasi, yaitu kemerdekaan harus direbut oleh bangsa Indonesia dengan kekuatan sendiri karena itu tidak perlu mengindahkan dewan perwakilan kolonial seperti Volksraad. Swadaya, yaitu dengan mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi dan hukum yang kuat berakar dalam masyarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi Pikiran-pikiran pokok tadi disebarkan melalui majalah Indonesia Merdeka yang beredar pula di Indonesia. Dalam salah satu artikel, dimuat pula tiga pokok strategi melawan penjajah Belanda, yaitu Politik devide et impera kaum penjajah harus dilawan dengan persatuan yang kokoh Politik memperbodoh rakyat harus dilawan dengan usaha pendidikan Politik asosiasi mempersatukan hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dipersatukan harus dilawan dengan sikap non-kooperasi yang tegas. Ide-ide perjuangan Perhimpunan Indonesia disebarluaskan di Indonesia oleh mahasiswa-mahasiswa yang kembali ke Indonesia setelah menamatkan studinya di negeri Belanda. Karena pengaruh mereka itulah, maka berdiri PPPI di Batavia pada tahun 1926 yang kemudian memprakarsai Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda. Lokasi sosial historis para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Negeri Belanda menciptakan kondisi yang berasal dari keluarga baik-baik, bahkan sebagian besar mula-mula dari kalangan aristokrasi. Mereka memperoleh kesempatan yang langaka untuk belajar di perguruan tinggi Negeri Belanda yang penuh prestise itu. Lebih- lebih mereka berada di lingkungan sosial-politik yang berlaianan sekali dengan apa yang dikenal di Indonesia., yaitu dimana ada kebebasan leluasa untuk berbicara, berkumpul, dan berapat tanpa ada kekhawatiran akan tindakan pemerintah dan kepolisian. Tambahan pula mereka ada dalam posisi untuk mengadakan kontak yang luas dengan dunia Internasional, serta mnegenal secara lebih mendalam berbagai Ideologi modern, khususnya nasionalisme serta sering pula sosialisme dan marxisme. Disamping itu perlu diperhatikan pula bahwa hidup didalam kelompok kecil ditengah –tengah masyarakat asing dengan sendirinya mendorong orang kearah keakraban sehingga ada banayak kesempatan yang berkumpul,bergaul tanpa garis pemisah etnik,berkomunikasi banyak tentang permasalahan dari keadaan tanah air,dan sudah barang tentu tentang hal ikhwal pergerakan nasional. Status para anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi pada ikatan sosial-politik tertentu, lagi pula mereka belum mempunyai kepentingan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai estabilishment. Sebagaia kaum intelektual mereka mampu menumbuhkan kesadaran yang tinggi ,baik mengenai status serta peranan yang diharapkan dari mereka maupun tentang perkembangan nasionalisme dalam hubungannya dengan situasi politik Indonesia dan di luar negeri. Dari mereka dapat diharapkan diagnosis yang tepat mengenai masalah perjuanagan nasional melawan kolonialisme, sehingga berbagai strategi dapat disusun untuk memeberi arah yang lebih analaisis tantang peranana PI lebih lanjut perlu diarahkan dua factor yang turut menetukan orientasinya yaitu 1. Sebagai unsur yang berasal dari kalangan aristokrasi, mereka menyadari bahwa generasi tua diperalat oleh penguasa colonial untuk menekan dan mengeksploitasi rakyat sendiri, suatu perana yang dimata mereka tidak pantas dan tidak akan mereka jalankan 2. Suatu ironi dalam perkembangan elite disini ialah bahw apa yang dicita-citakan oleh generasi tua justru dicemooh oleh generasi muda yang sekaligus menjadi counter elite. Dalam konteks colonial yang menarik ialah bahwa justru di konstinuitas ideology mengakibatkan kontinuitas golongan atau kelompok. Sikap kelompok para anggota PI dipengaruhi kesempatan yang leluasa untuk berkontak secara intensif dan terus menerus dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang mengalami pembuanagan di Negeri Belanda, sehinggga dengan sendirinya membawa orientasi radikal atau paling sedikit progresif , seperti kehadiran Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, Suwardi Soerjaningrat dalam tahun belasan, kemudian Semaoun, Darsono dalam tahun dua puluhan. Pengalaman tokoh –tokoh itu tidak hanya secara langsung menambah informasi tentang keadaaan perjuangan, tetapi pengaruh yang memancar dari tokoh-tokoh dengan kepribadian serta kepemimpinan yang menonjol memeberi inspirasi yang lebih besar kepada para mahasiswa sehingga kerelaan untuk menderita karenanya tidak luput meninggalakan kesan yang mnedalam pada pribadi deklarasi prinsip-prinsipnya, PI sekaligus memainkan peranan sebagai barisan depan pergerakan nasional. Bertolak dari paham bahwa pada hakikatnya sistem colonial mengandung pertentangan kepentingan antara penjajah dan yang diajajah, maka dalam perjuangan nasional pertentangan itu perlu dipertajam dan ditekankan. Tercakup dalam paham ini ialah gagasan nonkooperasi dan swadaya . Dalam perjuangan ini seluruh rakyat Indonesia dari segala lapisan perlu bersatu untuk mencapai tujuan bersama. Uuntuk mengatasi akibat demoralisasi yang dilakukan oleh penjajah maka perlu ditingkatkan kehidupan materil dan spiritual bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip yang fundamental serta sangata luas cakupannya itu menempatkan PI diatas organisasi-organisasi lainnya. Identifikasi masalah colonial secara tegas dan tajam memungkinkan PI merumuskan tujuan politiknya yang radikal dan refolusioner . konsekuensi dari titik pendirian itu ialah bahwa pergerakan nasioal dengan tegas menepuh haluan politik. Tambahan pula solidaritas nasional yang duhimbaunya memperkuat kedudukan PI sebagai pemegang kepemimpinan gerakan. Maka dari itu sejak awal otoritas nya dikalangan pelbagai organisasi cukup besar. Kewibawaan Pi itu terbukti dari langakah PKI untuk membuat kontrak politik dengan Pi yang menentukan bahwa 1. PKI mengakui dan tunduk kepada pimpinan PI serta berjanji tidak melakukan oposisi terhadap usaha-usaha PI; 2. PI sebagai partai nasional bertanggung jawab penuh atas perjuangan nasional. Tetapi ternyata kemudian kontrak itu ditiadakan oleh semaoen pada tahun 1926. Juga dikalangan internasional, PI mula- mula maminkan peranannya serta melakukan propaganda bagi perjuanagn melawan kolonialisme dan imperialism, antara lain dengan menghadiri pertemuan dari perkumpulan study peradaban di Paris 1925 dan kemudian rapat liga anti kolonilaisme di Brussel 1927. Terutama lewat kontaknya dengan liga tersebut diatas dapatlah PI melakukan propaganda diluar negeri , antara lain dengan tujuan agar gambaran perjuangan Indonesia tidak hanya dikenal, tetapi juga dimengerti bahwa bangsa Indonesia mampu menjalankan pemerintahannya sendiri. Suatu kontak yang sangat penting ialah dengan All Indian National Congress yang memegang peranan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kolinialisme Inggris. [4] Daftar Pustaka [1]Akira Nagazumi. 1976. Indonesia dan "Orang-orang Indonesia" dalam Indonesia dalam Masalah dan Peristiwa, Bunga Rampai. Jakarta Yayasan Obor Indonesia, hal. 13 [2]John Ingleson. 1983. Jalan ke Pengasingan Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun [3]Kompas, Minggu, 24 Oktober 1982, hal. IX [4] Kartodirjo Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 149-150. Anggota Perhimpunan Republic of indonesia, sekira tahun 1924-1927. KITLV. Perhimpunan Indonesia menempati posisi unik dalam sejarah. Ia adalah perkumpulan anak bangsa yang pertama kali menyandang nama Indonesia untuk menunjukkan aspirasi kemerdekaan. Perhimpunan Indonesia 1924, semula bernama Indische Vereeniging dan didirikan pada 1908, mulanya perkumpulan mahasiswa biasa. Namun ia berubah jadi radikal sejak Nazi-Hitler berkuasa di Jerman pada 1933, kemudian menggetarkan Eropa, dan menduduki Belanda pada 1940. Perhimpunan Indonesia berkembang menjadi organ politik yang gigih dan efektif. Ia menggalang mahasiswa-mahasiswa Indonesia agar bersatu melawan fasisme. Sepanjang kurun menuju 1940, mereka bersekutu dengan kelompok-kelompok perlawanan Belanda di sekitar media Vrij Nederland, De Waarheid, Het Parool, dan De Vrije Katheder, membantu mencetak koran-koran tersebut secara ilegal, karena mereka bertekad menempatkan perjuangan melawan fasisme sebagai agenda utama. Pada akhir 1930-an hingga 1940-an, Perhimpunan Republic of indonesia aktif dalam kegiatan politik kaum perlawanan anti-Nazi mengerahkan, merekrut, dan mengorganisasi sesama mahasiswa, menyebarkan pamflet, serta melindungi dan menyembunyikan orang-orang yang menjadi sasaran Nazi –kaum Yahudi dan lain-lain. Dalam edisi khusus Jubileum HUT ke-xxx majalah Indonesia Merdeka, pimpinan Perhimpunan Indonesia menyatakan “Agresi fasis tahun-tahun belakangan ini mengancam Belanda maupun Indonesia. Dalam kondisi itu kerjasama antara rakyat Indonesia dengan gerakan nasionalnya dan Belanda yang demokratis, atas dasar kesetaraan dan saling-menghargai, merupakan satu-satunya jalan untuk membebaskan kedua rakyat negeri tersebut dari bahaya yang mengancam mereka. Karena rakyat tidak dapat memenuhi kewajibannya tanpa adanya hak-hak demokratis mereka, maka Perhimpunan Indonesia bercita-cita menuju perombakan yang demokratis berdasarkan kesetaraan di bidang ekonomi, politik dan militer.” Jadi, Perhimpunan Indonesia memandang kerjasama kedua bangsa dan rakyat Belanda dan Indonesia sebagai kerjasama “menyelamatkan kemanusiaan” dari kekejaman Nazi. Dengan demikian, Perhimpunan Republic of indonesia menunjuk bahwa tujuan “Indonesia merdeka” hanya dapat dicapai dengan memerangi fasisme. Namun seruan Perhimpunan Indonesia mengenai kerjasama itu ditampik begitu saja oleh pemerintah Belanda. Maka, bagi Perhimpunan Indonesia, masalah yang utama adalah menyadarkan sesama Republic of indonesia di Belanda maupun di Indonesia agar terlibat dalam perjuangan melawan fasisme. Seruan ini bukan hanya ditujukan kepada para mahasiswa Indonesia yang kebanyakan berada di Leiden, kota yang menjadi markas Perhimpunan Indonesia, tetapi juga pelaut-pelaut Indonesia yang bekerja pada perusahaan-perusahaan kapal Belanda di Rotterdam. Akibat pendudukan Jerman, pekerja Indonesia di perusahaan Rotterdamse Lloyd menganggur dan mereka inilah yang mendapat penyuluhan politik oleh para mahasiswa dari Perhimpunan Indonesia cabang Rotterdam. Paling kurang lima anggota Perhimpunan Republic of indonesia menjadi korban Nazi Djajeng Pratomo dan adiknya, Gondho, jadi pekerja-paksa di kamp Dachau meski akhirnya selamat; tiga orang tewas di kamp; dan Irawan Surjono tewas ditembak polisi Nazi SS ketika mengangkut pamflet di Leiden. Sementara itu, Perhimpunan Indonesia juga cemas akan simpati yang berkembang di Indonesia terhadap peran Jepang. Menurut pimpinan Perhimpunan Republic of indonesia, rakyat Indonesia harus menyadari bahwa industrialisasi yang dijalankan Jepang berarti pula ekspansi kekuatan fasis ke selatan, termasuk Indonesia. Karena itu, isu tentang hubungan Sukarno dengan tentara pendudukan Jepang menimbulkan dilema. Djajeng dalam hal ini masih mempercayai Sukarno, karena dia menyadari bahwa Belanda berkepentingan untuk mendiskreditkan pemimpin Indonesia sebagai “boneka Jepang”. Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Perhimpunan Republic of indonesia memutuskan bahwa sebagian besar anggotanya kembali ke tanah air; belakangan sebagian dari mereka tewas menyusul Peristiwa Madiun 1948. Sebagian lainnya, termasuk Djajeng, tetap berada di Belanda untuk memimpin majalah Perhimpunan Indonesia, yang berganti nama menjadi Indonesie, dan melanjutkan kegiatan politik. Djajeng sempat bertugas mewakili Kementerian Penerangan Republik Republic of indonesia di Belanda. Dengan riwayatnya yang heroik sekaligus bersetiakawan internasional, perjalanan Perhimpunan Republic of indonesia selaku wahana politik Republic of indonesia mencerminkan sebuah era yang sarat perubahan dan tantangan key –bagi Eropa maupun bagi Republic of indonesia sebagai suatu bangsa baru. Informasi Awal - Perhimpunan Indonesia atau Indonesische Vereeniging merupakan organisasi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belanda dan berdiri pada tahun 1908. Diprakarsai oleh Soetan Kasajangan Soripada dan Noto Soeroto, pembentukan organisasi ini awalnya hanya bertujuan untuk mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato. Namun, sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat Ki Hajar Dewantara bergabung, pada 1913 mulailah mereka memikirkan perihal masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Sejak saat itulah, perhimpunan ini memasuki kancah politik hingga menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera. Meski demikian, isi dari buletin tersebut belum memuat tulisan-tulisan bernada politik. 1 Organisasi ini merupakan pelopor gerakan nasionalis Indonesia yang mengadvokasi kemerdekaan Indonesia dari Belanda. Ki Hadjar Dewantara Istimewa/Tribun Manado Ketika perhimpunan ini kembali ke Indonesia, mereka aktif dalam studi dan akhirnya di partai politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Adapun tokoh Perhimpunan Indonesia yang terkenal ialah Mohammad Hatta dan Sutomo. 2 Baca 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional Ki Hadjar Dewantara Baca Dokter SutomoSejarah Awalnya, ide dari penamaan Indonesisch Indonesia diperkenalkan sebagai pengganti indisch Hindia oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven 1917. Sejalan dengan itu, inlander pribumi diganti dengan indonesiër orang Indonesia. Ketika pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra pada September 1922, perkumpulan ini mengubah nama menjadinya Indonesische Vereeniging. Sejak itu lah, istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah terkenal digunakan oleh para pemrakarsa Politik Etis. Para anggota juga memutuskan untuk kembali menerbitkan majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Kembalinya Hindia Poetra ini menjadi wadah dalam menyebarkan ide-ide antikolonial. Pada 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan para petani. Pada 1923, ketika Iwa Koesoemasoemantri menjabat sebagai ketua, Indonesische mulai menyalurkan ide nonkooperasi dengan maksud berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Setahun setelahnya, ketika M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra diubah menjadi Indonesia Merdeka. Kemudian pada tahun 1925, nama organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia PI. Mohammad Hatta menjadi ketua PI terlama, yakni sejak awal tahun 1926 hingga 1930. Sebelumnya, setiap ketua hanya menjabat selama satu tahun. Perhimpunan Indonesia lalu menggalakkan propaganda secara terencana mengenai Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda. Adapun para tokoh lainnya yang bergabung menjadi anggota antara lain Achmad Farhan ar-rosyid, Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, Soedibjo Wirjowerdojo, Prof Mr Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdulmadjid Djojoadiningrat, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Abdurabbih, dan Wreksodiningrat. 1 Baca 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional Dr. Drs. H Mohammad Hatta Baca 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional Sutan SyahrirKiprah Kegiatan-kegiatan politik yang dilakukan Perhimpunan Indonesia PI sangat menarik perhatian dunia internasional. Aksinya yang paling dikenal ialah manifesto politik yang dikeluarkan pada 1925. Aktivitas ini sangat berdampak hingga membuat pemerintah Belanda merasa terancam akan keberadaan organisasi pergerakan ini. Hal ini lantaran tidak ada yang menyangka bahwa organisasi yang awalnya didirikan bersifat sosial berubah menjadi organisasi pergerakan nasional. Bahkan, PI turut aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di kancah internasional. Pemakaian istilah “Indonesia” mencerminkan sifat radikal yang menuntut Indonesia merdeka. Selain nama organisasi, perubahan nama juga terjadi pada majalah terbitan Perhimpunan Indonesia yang awalnya bernama Hindia Poetera menjadi Indonesia Merdeka dengan semboyan “Indonesia merdeka, sekarang!”. Sifat organisasi ini berubah drastis dari semula organisasi sosial menjadi organisasi politik dengan memegang prinsip non-kooperasi. Pada 1923, PI mengeluarkan Deklarasi Perhimpunan Indonesia yang dimuat dalam majalah Hindia Poetera, dengan menggunakan kata “Bangsa Indonesia” yang menunjukkan cita-cita PI akan sebuah negara baru yang merdeka. Pada 1925 deklarasi tersebut berkembang menjadi manifesto politik yang percaya bahwa hanya kemerdekaan yang dapat mengembalikan harga diri bangsa Indonesia. Teknologi media cetak dan jurnalisme yang berkembang menjadi peran penting dalam menyerukan manifesto politik ini. Gagasan tentang persatuan dan nasionalisme yang diserukan PI tidak hanya beredar di Belanda, tetapi juga beredar di Hindia Belanda. Akibtaknya, gagasan tersebut memengaruhi organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Para pejuang kemerdekaan di Hindia Belanda tersadar bahwa mereka adalah satu bangsa, meskipun terbedakan oleh suku bangsa dan agama. Adanya kesadaran inilah yang menjadi awal dari lahirnya Sumpah Pemuda pada 1928. 2 Baca Hari Ini Dalam Sejarah 28 Oktober Hari Sumpah Pemuda Baca Gerakan Rakyat Indonesia GerindoPerkembangan Semenjak Mohammad Hatta dan Ahmad Subarjo bergabung dalam kepenggurusan, kegiatan Perhimpunan Indonesia PI semakin meningkat. Mereka menegaskan bahwa tujuan Perhimpunan Indonesia ialah Indonesia merdeka yang akan diraih melalui aksi bersama. Karena mendapatkan dukungan internasional, organisasi ini aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi internasional untuk menentang penjajahan. Organisasi internasional tersebut contohnya Liga Demokrasi Internasional, Liga Penentang Imperialisme, hingga penindasan kolonial. Bahkan, Perhimpuan Indonesia memiliki pengaruh cukup besar di Indonesia, dengan banyak berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional lantaran terinspirasi dari PI. Organisasi-organisasi itu ialah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI, Partai Nasional Indonesia PNI, dan Jong Indonesia Pemuda Indonesia. Meskipun perjuangan yang ditempuh bersifat internasional, dampaknya juga turut dirasakan dalam lingkup nasional. 2 Baca Partai Nasional Indonesia PNI Baca Jong Java Tri Koro Dharmo

jelaskan hubungan antara indische vereeniging dan pppi